Perkembangan generasi muda saat ini dan Problematika yang di Hadapinya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Remaja
adalah masa peralihan diri anak menuju dewasa, pada masa ini terjadi berbagai
macam perubahan yang cukup bermakna baik secara fisik, biologis, mental dan emosional
serta psikososial. Kesemuanya ini dapat mempengaruhi kehidupan pribadi,
lingkungan keluarga maupun masyarakat. Ketidak siapan remaja dalam menghadapi
perubahan tersebut dapat menimbulkan berbagai perilaku menyimpang seperti :
kenakalan remaja, penyalahgunaan obat terlarang, penyaki menular seksual (PMS)
dan HIV / AIDS, kehamialn yang tidak diinginkan, Aborsi dan sebagainya.
Untuk
mendukung agar remaja berperilaku reproduksi secara sehat dan bertanggung jawab
maka mereka perlu di beri pengetahuan dan informasi tentang kesehatan
reproduksi. Informasi tersebut dimaksud untuk mengimbangi informasi global yang
dapat mengancam terwujudnya generasi muda yang sehat, mandiri dan berkualitas.
B. Rumusan
Masalah
Dalam rumusan
masalah ini akan dibahas tentang perilaku remaja, kesehatan reproduksi ( KR ),
yang secara umum difenisikan sebagai kondisi sehat dari sistem, fungsi dan
proses alat reproduksi yang kita miliki, pengertian sehat tersebut tidak semata
bearti bebas penyakit atau bebas dari
kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial-kultural.
Adapun beberapa rumusan masalah tersebut antara lain:
a. Definisi Remaja
b. Karakteristik remaja
c. Fase Pertumbuhan Remaja
d. Remaja dan permasalahannya
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan makalah ini adalah
sebagai rangkuman dari sisi kehidupan remaja dan permasalahannya yang tersusun
dalam bentuk sebuah makalah dan juga sebagai acuan tugas sekolah pelajaran
Bahasa Indonesia.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Definisi Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence
yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai
arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan
fisik. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak
termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang
dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan
dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status
dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti
Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa
dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa
dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21
tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan
menurut Zakiah Darajat (1990: 23) remaja adalah: masa peralihan diantara masa
kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa
perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak
baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang
dewasa yang telah matang.
Hal senada diungkapkan oleh Santrock
(2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan
transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis,
kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh
para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini
biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18
tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir.
Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat
bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun,
masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun
(Deswita, 2006: 192)
Definisi yang dipaparkan oleh Sri
Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan
bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa
dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi
proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.
B.
Karakteristik Remaja
Karakteristik pertumbuhan dan
perkembangan remaja yang mencakup perubahan transisi biologis, transisi
kognitif, dan transisi sosial akan dipaparkan di bawah ini:
- Transisi Biologis
Menurut Santrock (2003: 91) perubahan fisik yang terjadi
pada remaja terlihat nampak pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi
dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik itu, yang
terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh
(badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya
alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada
laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarlito Wirawan
Sarwono, 2006: 52).
Selanjutnya, Menurut Muss (dalam Sunarto & Agung
Hartono, 2002: 79) menguraikan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada anak
perempuan yaitu; perertumbuhan tulang-tulang, badan menjadi tinggi,
anggota-anggota badan menjadi panjang, tumbuh payudara.Tumbuh bulu yang halus
berwarna gelap di kemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum
setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi kriting, menstruasi atau haid, tumbuh
bulu-bulu ketiak.
Sedangkan pada anak laki-laki peubahan yang terjadi
antara lain; pertumbuhan tulang-tulang, testis (buah pelir) membesar, tumbuh
bulu kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna gelap, awal perubahan suara,
ejakulasi (keluarnya air mani), bulu kemaluan menjadi keriting, pertumbuhan
tinggi badan mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya, tumbuh rambut-rambut
halus diwajaah (kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak, akhir perubahan suara,
rambut-rambut diwajah bertambah tebal dan gelap, dan tumbuh bulu dada.
Pada dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan oleh
kelenjar pituitary dan kelenjar hypothalamus. Kedua kelenjar itu
masing-masing menyebabkan terjadinya pertumbuhan ukuran tubuh dan merangsang
aktifitas serta pertumbuhan alat kelamin utama dan kedua pada remaja (Sunarto
& Agung Hartono, 2002: 94)
2. Transisi Kognitif
Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari
lingkungan sosial. Hal ini menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya
dalam perkembangan kognitif remaja.
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003: 110) secara lebih
nyata pemikiran opersional formal bersifat lebih abstrak, idealistis dan logis.
Remaja berpikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak misalnya dapat
menyelesaikan persamaan aljabar abstrak. Remaja juga lebih idealistis dalam
berpikir seperti memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri, orang lain
dan dunia. Remaja berfikir secara logis yang mulai berpikir seperti ilmuwan,
menyusun berbagai rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis
menguji cara pemecahan yang terpikirkan.
3. Transisi Sosial
Perkembangan
sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan
selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertama-tama masing sangat
terbatas dengan orang tuanya dalam kehidupan keluarga, khususnya dengan ibu dan
berkembang semakin meluas dengan anggota keluarga lain, teman bermain dan teman
sejenis maupun lain jenis (dalam Rita Eka Izzaty dkk, (2008: 139).
C.
Fase Pertumbuhan Remaja
1. Masa
pra-pubertas (12 - 13 tahun)
Masa ini
disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja. Pada
anak perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada
masa ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya hormon
seksualitas dan mulai berkembangnya organ-organ seksual serta organ-organ
reproduksi remaja. Di samping itu, perkembangan intelektualitas yang sangat
pesat jga terjadi pada fase ini. Akibatnya, remaja-remaja ini cenderung
bersikap suka mengkritik (karena merasa tahu segalanya), yang sering diwujudkan
dalam bentuk pembangkangan ataupun pembantahan terhadap orang tua, mulai
menyukai orang dewasa yang dianggapnya baik, serta menjadikannya sebagai
"hero" atau pujaannya. Perilaku ini akan diikuti dengan meniru segala
yang dilakukan oleh pujaannya, seperti model rambut, gaya bicara, sampai dengan
kebiasaan hidup pujaan tersebut.
Selain itu,
pada masa ini remaja juga cenderung lebih berani mengutarakan keinginan
hatinya, lebih berani mengemukakan pendapatnya, bahkan akan mempertahankan
pendapatnya sekuat mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi oleh orang tua
sebagai pembangkangan. Remaja tidak ingin diperlakukan sebagai anak kecil lagi.
Mereka lebih senang bergaul dengan kelompok yang dianggapnya sesuai dengan
kesenangannya. Mereka juga semakin berani menentang tradisi orang tua yang
dianggapnya kuno dan tidak/kurang berguna, maupun peraturan-peraturan yang
menurut mereka tidak beralasan, seperti tidak boleh mampir ke tempat lain
selepas sekolah, dan sebagainya. Mereka akan semakin kehilangan minat untuk
bergabung dalam kelompok sosial yang formal, dan cenderung bergabung dengan
teman-teman pilihannya. Misalnya, mereka akan memilih main ke tempat teman
karibnya daripada bersama keluarga berkunjung ke rumah saudara.
Tapi,
pada saat yang sama, mereka juga butuh pertolongan dan bantuan yang selalu siap
sedia dari orang tuanya, jika mereka tidak mampu menjelmakan keinginannya. Pada
saat ini adalah saat yang kritis. Jika orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan
psikisnya untuk mengatasi konflik yang terjadi saat itu, remaja akan mencarinya
dari orang lain. Orang tua harus ingat, bahwa masalah yang dihadapi remaja,
meskipun bagi orang tua itu merupakan masalah sepele, tetapi bagi remaja itu
adalah masalah yang sangat-sangat berat.
2. Masa
pubertas (14 - 16 tahun)
Masa ini
disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan fisik mereka begitu
menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga
bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini,
emosi remaja menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon
seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada
masa ini. Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang pertama,
sedangkan pada remaja pris ditandai dengan datangnya mimpi basah yang pertama.
Remaja akan merasa bingung dan malu akan hal ini, sehingga orang tua harus
mendampinginya serta memberikan pengertian yang baik dan benar tentang
seksualitas. Jika hal ini gagal ditangani dengan baik, perkembangan psikis
mereka khususnya dalam hal pengenalan diri/gender dan seksualitasnya akan
terganggu. Kasus-kasus gay dan lesbi banyak diawali dengan gagalnya
perkembangan remaja pada tahap ini.
Di samping
itu, remaja mulai mengerti tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik seksual.
Karena kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan
seksualitasnya, remaja sukar diselami perasaannya. Kadang mereka bersikap
kasar, kadang lembut. Kadang suka melamun, di lain waktu dia begitu ceria.
Perasaan sosial remaja di masa ini semakin kuat, dan mereka bergabung dengan
kelompok yang disukainya dan membuat peraturan-peraturan dengan pikirannya
sendiri.
3. Masa akhir
pubertas (17 - 18 tahun)
Pada masa ini,
remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik, akan dapat menerima
kodratnya, baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Mereka juga bangga karena
tubuh mereka dianggap menentukan harga diri mereka. Masa ini berlangsung sangat
singkat. Pada remaja putri, masa ini berlangsung lebih singkat daripada remaja
pria, sehingga proses kedewasaan remaja putri lebih cepat dicapai dibandingkan
remaja pria. Umumnya kematangan fisik dan seksualitas mereka sudah tercapai
sepenuhnya. Namun kematangan psikologis belum tercapai sepenuhnya.
4. Periode
remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Pada periode
ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna, baik segi fisik,
emosi, maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang
abstrak dan mulai memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran
mereka. Mereka mulai menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada
menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti
cita-citanya, minatnya, bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupannya serta
sifat-sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada fase ini.
D.
Remaja dan Permasalahannya
Masalah remaja sebagai usia
bermasalah. Setiap periode hidup manusia punya masalahnya tersendiri, termasuk
periode remaja. Remaja seringkali sulit mengatasi masalah mereka. Ada dua
alasan hal itu terjadi, yaitu : pertama; ketika masih anak-anak, seluruh
masalah mereka selalu diatasi oleh orang-orang dewasa. Hal inilah yang membuat
remaja tidak mempunyai pengalaman dalam menghadapi masalah. Kedua; karena
remaja merasa dirinya telah mandiri, maka mereka mempunyai gengsi dan menolak
bantuan dan orang dewasa.
Remaja pada umunya mengalami bahwa pencarian jati diri atau keutuhan diri itu suatu masalah utama karena adanya perubahan-perubahan sosial, fisiologi dan psikologis di dalam diri mereka maupun di tengah masyarakat tempat mereka hidup. Perubahan-perubahan ini dipergencar dalam masyarakat kita yang semakin kompleks dan berteknologi modern.
Remaja pada umunya mengalami bahwa pencarian jati diri atau keutuhan diri itu suatu masalah utama karena adanya perubahan-perubahan sosial, fisiologi dan psikologis di dalam diri mereka maupun di tengah masyarakat tempat mereka hidup. Perubahan-perubahan ini dipergencar dalam masyarakat kita yang semakin kompleks dan berteknologi modern.
Adapun
masalah yang dihadapi remaja masa kini antara lain :
1. Kebutuhan
akan figur teladan
Remaja
jauh lebih mudah terkesan akan nilai-nilai luhur yang berlangsung dan
keteladanan orang tua mereka daripada hanya sekedar nasehat-nasehat bagus yang
tinggal hanya kata-kata indah
2.
Sikap Apatis
Sikap apatis meruapakan kecenderungan untuk menolak sesuatu
dan pada saat yang bersamaan tidak mau melibatkan diri di dalamnya. Sikap
apatis ini terwujud di dalam ketidakacuhannya akan apa yang terjadi di
masyarakatnya.
3. Kecemasan
dan kurangnya harga diri
Kata stess atau frustasi semakin umum dipakai kalangan
remaja. Banyak kaum muda yang mencoba mengatasi rasa cemasnya dalam bentuk
“pelarian” (memburu kenikmatan lewat minuman keras, obat penenang, seks dan
lainnya).
4. Ketidakmampuan
untuk melibatkan diri
Kecenderungan
untuk mengintelektualkan segala sesuatu dan pola pikir ekonomis, membuat para
remaja sulit melibatkan diri secara emosional maupun efektif dalam hubungan
pribadi dan dalam kehidupan di masyarakat. Persahabatan dinilai dengan untung
rugi atau malahan dengan uang.
5. Perasaan tidak berdaya
Perasaan
tidak berdaya ini muncul pertama-tama karena teknologi semakin menguasai gaya
hidup dan pola berpikir masyarakat modern. Teknologi mau tidak mau menciptakan masyarakat
teknokratis yang memaksa kita untuk berpikir tentang keselamatan diri kita di
tengah-tengah masyarakat. Lebih jauh remaja mencari “jalan pintas”, misalnya
menggunakan segala cara untuk tidak belajar tetapi mendapat nilai baik atau
ijazah
6. Pemujaan akan pengalaman
Sebagian besar tindakan-tindakan
negatif anak muda dengan minumam keras, obat-obatan dan seks pada mulanya
berawal dan hanya mencoba-coba. Lingkungan pergaulan anak muda dewasa ini
memberikan pandangan yagn keliru tentang pengalaman.
Bentuk-bentuk dan perbuatan yang anti sosial antara
lain:
a. Anak-anak muda yang berasal dan golongan orang kaya yang
biasanya memakain pakaian yang mewah, hidup hura-hura dengan pergi ke diskotik
merupakan gaya hidup mewah yang tidak selaras dengan kebiasaan adat timur.
b. Di sekolah, misalnya dengan
melanggar tata tertib sekolah seperti bolos, terlambat masuk kelas, tidak
mengerjakan tugas dan lain sebagainya.
c. Ngebut,
yaitu mengendarai mobil atau motor ditengah-tengah keramaian kota dengan kecepatan
yang melampaui batas maksimum yang dilakukan oleh para pemuda belasan tahun.
d. Membentuk kelompok (genk-genk)
remaja yang tingkah lakunya sangat menyimpang dengan norma yang berlaku di
masyarakat, seperti tawuran antar kelompok.
BAB
IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan
kemudian menjadi orangtua tidak lebih hanyalah merupakan suatu proses wajar
dalam hidup yang berkesinambungan dari tahap-tahap pertumbuhan yang harus
dilalui oleh seorang manusia. Setiap masa pertumbuhan memiliki ciri-ciri
tersendiri. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Demikian pula
dengan masa remaja. Masa remaja sering dianggap sebagai masa yang paling rawan
dalam proses kehidupan ini. Masa remaja sering menimbulkan kekuatiran bagi para
orangtua. Masa remaja sering menjadi pembahasan dalam banyak seminar. Padahal
bagi remaja, masa ini adalah masa yang paling menyenangkan dalam hidupnya. Oleh
karena itu, para orangtua hendaknya lebih memperhatikan kehidupan remaja agar
tidak terjerumus kedalam hal-hak yang tidak diinginkan, dan membawa masa depan
remaja kearah yang lebih baik, disamping itu peran serta Pemerintah, LSM,
Pemuka Masyarakat serta remaja itu sendiri sangat di perlukan.
B. SARAN - SARAN
Adapun Saran Penulis kepada teman-teman
seremaja antara lain :
Ø Berbagi
rasa dengan orangtua atau orang yang dituakan di rumah
Ø Carilah
seorang sahabat terbaik.
Ø Tingkatkan
rasa percaya diri dan katakana tidak pada hal-hal negatif.
Ø Bergaullah
dalam kelompok atau bentuklah kelompok dengan aktifitas positif
Ø Jagalah
Kesehatan Fisikmu sedini mungkin dan secara terus-menerus.
ABOUT THE AUTHOR
A web designer from India. And then you write some more information about yourself like this to fill out the space that is left.

0 komentar:
Posting Komentar